Antara Lina, Dimas, dan Adinda
Selama ini Lina tidak pernah tau bahwa ada
satu orang bahkan sangat dekat, yang mungkin tersakit oleh pilihannya. Oh Lina..
kamu hidup diantara bunga-bunga mekar berduri dengan sayatan-sayatan yang
mereka buat sendiri.
Di kehidupan
nyata. Lina, seorang teman yang hanya sadar dengan tugasnya sebagai teman,
yakni MENDENGARKAN CURHAT. Lina tipikal gadis yang sangat menghargai
pertemanan, meskipun mulutnya kadang seperti samurai yang menyayat hati, tapi
sungguh.. itu bukan dia buat dengan rencana yang utuh. Dia hanya menganggap itu
tindakan humoris yang dia buat untuk mencairkan suasana.
Dulunya lina
cukup dekat dengan yang satu ini, seorang gadis kelahiran 98 yang bernama
Adinda (teman satu kelas Lina). Adinda tipikal orang yang sedikit cuek dalam
pertemanan (argumenku), kabarnya Adinda adalah pacar dari Dimas, Lina tau siapa
itu Dimas, dan sebetulnya sejak awal SMA, sejak Lina mengenal Adinda, Lina sudah
tau bahwa Adinda pacar dari Dimas, Lina mengatakan bahwa dia juga sebelumnya
mengenal Dimas kepada Adinda, Lina tidak tau bagaimana berjalannya hubungan
mereka dan tidak berurusan dengan mereka, Lina juga tidak mencari tau.
Setelah 1
semester berlalu, di suasana yang cukup panas, Lina sedang sakit demam, tetap
saat itu sedang ada test di kelasnya. Lina, Adinda, dan beberapa teman yg lain
menunggu di luar untuk menanti gelombang ke-2, Lina melihat Dimas dan
teman-temannya meninggalkan kelasnya yg tidak jauh dari kelas Lina. Lina membawa
kabar ini kepada Adinda, respon yg didapat ternyata sangat standard, Adinda
ternyata sudah mengakhiri hubungannya dengan Dimas, Lina tidak tau kenapa, Lina
juga tidak bertanya.
Setelah beberapa
bulan Lina merasakan ada yang janggal dengan tindak-tanduk dari teman-teman
Dimas, hal ini sebetulnya sudah lama dirasakan para sahabat Lina, hanya Lina
saja yang tidak peka terhadap keadaan.
Pada akhirnya
satu dari sahabat Lina mengatakan bahwa Dimas sedang menyukai seseorang di
kelas mereka. Lina sedikit berpikir itu Adinda, tapi itu tidak mungkin. Sahabatnya
melanjutkan berbicara, bahwa yang Dimas sukai berinisial “L”. Para sahabat
menyangka itu Lina, dan ternyata benar.
Semakin sini
semakin jelas Dimas terlihat menyukai Lina, Lina juga memperhatikan semua
gelagat orang ini. Lina merasa sangat sangat tidak enak, dia terus menggumam
dalam hati
“apakah
Adinda tau soal ini?”
“apakah sebenarnya
aku orang jahat yang ternyata menghancurnya hubungan mereka?”
“apa tidak
apa-apa dengan perasaan Adinda?”
“atau
jangan-jangan Adinda mengira aku yang merebut Dimas dari dia?”
Lina menjadi
bingung dengan ini, tapi dia tetap berusaha untuk sewajar mungkin.
Memasuki awal
kenaikan kelas 2, ketika Lina mulai aktif di pramuka, dia mulai dekat dengan
Dimas, Lina tidak tau apakah Adinda tau tentang ini atau tidak, yang jelas Lina
tidak pernah merencanakan niat buruk apapun kepada siapapun.
Semakin sini
Lina semakin dekat dengan Dimas, Lina juga sering ditanya dan bertanya tentang
Dimas oleh temannya Dimas. Lina tidak tau apakah dia benar-benar ingin serius
atau tidak, dia hanya tidak tau akan seperti apa jika mereka pacaran, karena
Lina sudah mengenal Dimas sejak lama.
Tapi lama-lama
Lina dengan Dimas pacaran, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan
sudah dilewati.
Lina mengetahui
dan memang merasakan sendiri bahwa Adinda masih menyukai Dimas, walaupun dengan
perasaan tidak enak, Lina tetap bersikap wajar dan berusaha untuk menjadi
ertemannan sekeras mungkin.
Setelah berbulan-bulan,
dan banyak sekali hal yang terjadi yang tidak Dimas ketahui.
Lina sangat
bersedih hari itu, dihari ulang tahun temannya.
Lina menangis
tersedu-sedu larut dalam cerita yang dia utarakan kepada para sahabatnya.
Sangat jelas
sekali Adinda masih menyukai Dimas, ketika Lina sibuk berusaha agar tidak
menimbulkan kebencian Adinda kepada dirinya, Adinda malah sibuk untuk menolak
semua sikap Lina dan berbalik menyerang boomerang yang sangat mendesak hati
Lina yang sudah retak sejak lama.
Sudah ribuan
kali airmata Lina membendung dan membendung, semakin kuat dia menahan semakin
timbul rasa kesal. Lina tidak ingin membenci siapapun. Lina menghargai hubungan
Dimas sebelumnya bersama Adinda yang mungkin lebih indah.
Tapi please
let it go let it go.. the past is in the past...
Lina hanya
takut Dimas menyukai Adinda kembali, memikirkan Adinda kembali.
Lina pernah
dalam posisi Dimas, tapi lina melakukan kesalahan, jadi lina belajar.
Lina takut Dimas
melakukan kesalahan yang sama seperti Lina, lina sangat mengerti posisi itu, sekarang
yang bisa menentukan perbedaannya hanya karakter.
Hingga sekarang
Lina hanya bisa berharap Dimas tidak seperti laki-laki lain pada umumnya
seperti yang dia katakan.
Lina hanya
berusaha untuk
Tidak negatif
thinking, seperti yang selalu dia katakan
Strong,
seperti yang selalu dia lakukan
Smile,
seperti yang selalu dia siratkan.
Karena hanya
ada dua pilihan sekarang..
Untuk Lina
yang ingin menyerah.. game over
Untuk Lina
yang ingin bertahan.. fighting for next level
Karena Lina
sadar percaya dan sabar adalah kuncinya.