Laman

Selasa, 16 Februari 2016



Antara Lina, Dimas, dan Adinda

  Selama ini Lina tidak pernah tau bahwa ada satu orang bahkan sangat dekat, yang mungkin tersakit oleh pilihannya. Oh Lina.. kamu hidup diantara bunga-bunga mekar berduri dengan sayatan-sayatan yang mereka buat sendiri.
Di kehidupan nyata. Lina, seorang teman yang hanya sadar dengan tugasnya sebagai teman, yakni MENDENGARKAN CURHAT. Lina tipikal gadis yang sangat menghargai pertemanan, meskipun mulutnya kadang seperti samurai yang menyayat hati, tapi sungguh.. itu bukan dia buat dengan rencana yang utuh. Dia hanya menganggap itu tindakan humoris yang dia buat untuk mencairkan suasana.
Dulunya lina cukup dekat dengan yang satu ini, seorang gadis kelahiran 98 yang bernama Adinda (teman satu kelas Lina). Adinda tipikal orang yang sedikit cuek dalam pertemanan (argumenku), kabarnya Adinda adalah pacar dari Dimas, Lina tau siapa itu Dimas, dan sebetulnya sejak awal  SMA, sejak Lina mengenal Adinda, Lina sudah tau bahwa Adinda pacar dari Dimas, Lina mengatakan bahwa dia juga sebelumnya mengenal Dimas kepada Adinda, Lina tidak tau bagaimana berjalannya hubungan mereka dan tidak berurusan dengan mereka, Lina juga tidak mencari tau.
Setelah 1 semester berlalu, di suasana yang cukup panas, Lina sedang sakit demam, tetap saat itu sedang ada test di kelasnya. Lina, Adinda, dan beberapa teman yg lain menunggu di luar untuk menanti gelombang ke-2, Lina melihat Dimas dan teman-temannya meninggalkan kelasnya yg tidak jauh dari kelas Lina. Lina membawa kabar ini kepada Adinda, respon yg didapat ternyata sangat standard, Adinda ternyata sudah mengakhiri hubungannya dengan Dimas, Lina tidak tau kenapa, Lina juga tidak bertanya.
Setelah beberapa bulan Lina merasakan ada yang janggal dengan tindak-tanduk dari teman-teman Dimas, hal ini sebetulnya sudah lama dirasakan para sahabat Lina, hanya Lina saja yang tidak peka terhadap keadaan.
Pada akhirnya satu dari sahabat Lina mengatakan bahwa Dimas sedang menyukai seseorang di kelas mereka. Lina sedikit berpikir itu Adinda, tapi itu tidak mungkin. Sahabatnya melanjutkan berbicara, bahwa yang Dimas sukai berinisial “L”. Para sahabat menyangka itu Lina, dan ternyata benar.
Semakin sini semakin jelas Dimas terlihat menyukai Lina, Lina juga memperhatikan semua gelagat orang ini. Lina merasa sangat sangat tidak enak, dia terus menggumam dalam hati
“apakah Adinda tau soal ini?”
“apakah sebenarnya aku orang jahat yang ternyata menghancurnya hubungan mereka?”
“apa tidak apa-apa dengan perasaan Adinda?”
“atau jangan-jangan Adinda mengira aku yang merebut Dimas dari dia?”
Lina menjadi bingung dengan ini, tapi dia tetap berusaha untuk sewajar mungkin.
Memasuki awal kenaikan kelas 2, ketika Lina mulai aktif di pramuka, dia mulai dekat dengan Dimas, Lina tidak tau apakah Adinda tau tentang ini atau tidak, yang jelas Lina tidak pernah merencanakan niat buruk apapun kepada siapapun.
Semakin sini Lina semakin dekat dengan Dimas, Lina juga sering ditanya dan bertanya tentang Dimas oleh temannya Dimas. Lina tidak tau apakah dia benar-benar ingin serius atau tidak, dia hanya tidak tau akan seperti apa jika mereka pacaran, karena Lina sudah mengenal  Dimas sejak lama.
Tapi lama-lama Lina dengan Dimas pacaran, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan sudah dilewati.
Lina mengetahui dan memang merasakan sendiri bahwa Adinda masih menyukai Dimas, walaupun dengan perasaan tidak enak, Lina tetap bersikap wajar dan berusaha untuk menjadi ertemannan sekeras mungkin.
Setelah berbulan-bulan, dan banyak sekali hal yang terjadi yang tidak Dimas ketahui.
Lina sangat bersedih hari itu, dihari ulang tahun temannya.
Lina menangis tersedu-sedu larut dalam cerita yang dia utarakan kepada para sahabatnya.
Sangat jelas sekali Adinda masih menyukai Dimas, ketika Lina sibuk berusaha agar tidak menimbulkan kebencian Adinda kepada dirinya, Adinda malah sibuk untuk menolak semua sikap Lina dan berbalik menyerang boomerang yang sangat mendesak hati Lina yang sudah retak sejak lama.
Sudah ribuan kali airmata Lina membendung dan membendung, semakin kuat dia menahan semakin timbul rasa kesal. Lina tidak ingin membenci siapapun. Lina menghargai hubungan Dimas sebelumnya bersama Adinda yang mungkin lebih indah.
Tapi please let it go let it go.. the past is in the past...
Lina hanya takut Dimas menyukai Adinda kembali, memikirkan Adinda kembali.
Lina pernah dalam posisi Dimas, tapi lina melakukan kesalahan, jadi lina belajar.
Lina takut Dimas melakukan kesalahan yang sama seperti Lina, lina sangat mengerti posisi itu, sekarang yang bisa menentukan perbedaannya hanya karakter.
Hingga sekarang Lina hanya bisa berharap Dimas tidak seperti laki-laki lain pada umumnya seperti yang dia katakan.
Lina hanya berusaha untuk
Tidak negatif thinking, seperti yang selalu dia katakan
Strong, seperti yang selalu dia lakukan
Smile, seperti yang selalu dia siratkan.
Karena hanya ada dua pilihan sekarang..
Untuk Lina yang ingin menyerah.. game over
Untuk Lina yang ingin bertahan.. fighting for next level
Karena Lina sadar percaya dan sabar adalah kuncinya.